• Breaking News

    Para Pegawai Desa Di Purwakarta Wajib Menanam Pohon


    INILAHCOM, Purwakarta – Pemkab Purwakata menginstruksikan para pegawai di lingkungan kantor desa/kelurahan untuk melakukan penanaman pohon.

    Kebijakan ini dibuat untuk penghijauan serta mengimbangi pertumbuhan perumahan yang cukup cepat di wilayah masing-masing.

    Lurah Nagri Kaler Kecamatan Purwakarta, Sobandi mengatakan, bupati meminta para pegawai menyiapkan pohon jenis albasiah dan beberapa pohon produktif lainnya. Nantinya, pohon tersebut akan ditanam serentak di beberapa lokasi.

    “Setiap pegawai wajib menyiapkan pohon. Jumlah pohonnya bervariasi. Kalau setingkat lurah, harus menyiapkan 43 pohon jenis albasiah. Sedangkan pegawai setingkat kasi harus menyediakan 32 pohon,” ujar Sobandi kepada INILAHCOM, Rabu (19/11/2014).

    Jadi, sambung dia, setiap desa dan kelurahan diinstruksikan untuk menyiapkan sedikitnya 200 pohon untuk ditanam. Penanamannya akan dilakukan serentak pada 28 November mendatang.

    Selain kepada para pegawai, terang Sobandi, imbauan ini pun diteruskan kepada masing-masing ketua RW supaya mengajak masyarakat untuk turut serta menjalankan program penanaman pohon ini.

    “Kegiatan ini merupakan program sejuta pohon. Jadi, masyarakat pun harus ikut serta. Tapi, untuk jumlah pohonnya tak ditentukan,” jelas dia.

    Adapun lokasi penanamannya, tambah dia, tak harus dilakukan di tempat yang telah disediakan pemerintah. Dengan kata lain, bisa dilakukan di setiap halaman rumah masing-masing dengan jenis pohon yang bervariasi.

    “Jadi, pohon ini bisa tanam di mana saja. Mau di halaman rumah, kantor atau di pekarangan. Yang jelas, pada hari itu wajib menanam pohon,” tambah dia.

    Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjelaskan, Pemkab sengaja mengeluarkan kebijakan itu supaya lahan-lahan kosong, terutama yang berada di wilayah perkotaan, terlihat lebih hijau.

    “Supaya lebih banyak ruang terbuka hijau. Apalagi, pepohonan merupakan aktor utama dalam mendaur oksigen menjadi lebih bersih,” jelas dia.

    Dedi mengaku, selama ini telah terjadi perubahan pola pikir masyarakat. Ketika melihat pohon mereka lebih berorientasi kepada komersialisasi.

    Dampaknya, dalam menilai setiap pohon yang tumbuh pun akan berfikir untung dan rugi secara pragmatis. Dengan mengesampingkan nilai-nilai alam dan lingkungan yang seharusnya dilestarikan.

    “Kalau sudah berpikir uang, maka dalam suatu massa kita akan kehilangan air bersih, udara bersih serta lingkungan yang nyaman. Makanya dari sekarang kita harus bertanggungjawab untuk mengembalikan hutan atau lingkungan seprrti semula,” pungkasnya. [hus]

    Infokan pada teman/kerabat anda yang membutuhkan informasi ini. KLIK TOMBOL :

    FacebookGoogle+Twitter WhatsApp

    Post Bottom Ad